Agama Itu Nasihat; Untuk Siapa?


“AGAMA itu adalah nasihat. Mereka (para sahabat) bertanya; untuk siapa wahai rosulullah?. Rosulullah bersabda; untuk Allah, kitab-Nya, rosul-Nya, imam kaum muslimin, dan kaum muslimin pada umumnya” (HR. Muslim, no.55/95, Abu Dawud no. 4944. an-Nasa’I (VII/156), Ibnu Hibban Ta’liqotul hisaan no.4555), Ahmad (IV/102), Al-Baihaqy (VIII/163). (Arbain Nawawy hadits no.7)

Nasehat kepada Allah

Imam Nawawi (676 H) berkata: nasehat untuk Allah artinya mengajak masyarakat manusia ke jalan Allah. Makna nasehat kepada Allah adalah beriman kepada-Nya, menafikan semua sekutu bagi-Nya, menetapkan sifat-sifat yang mulia bagi-Nya, melaksanakan ketaatan kepada-Nya, menjauhkan badan dari aneka maksiyat kepada-Nya, berjihad melawan orang-orang yang kufur kepada-Nya dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.

Nasehat untuk Allah mencakup 2 hal, yaitu ikhlas beribadah kepada-Nya dan memenuhi persaksian (syahadat) tauhid kepada-Nya secara rububiyyah, uluhiyyah, serta asma’ wassifat.

Syeikh Muhammad As-Sindi (1163H) berkata; nasehat kepada Allah maksudnya agar seorang hamba berusaha menjadikan dirinya ikhlas kepada-Nya, seorang muslim wajib mengagungkan-Nya dengan sebesar-besar pengagungan, mengamalkan ketaatan secara lahir maupun batin serta menjauhi apa-apa yang Dia benci. Hatinya penuh cinta dan rindu kepada-Nya, mensyukuri semua nikmat-nikmat-Nya, sabar atas bencana yang menimpanya, serta ridho kepada taqdir-Nya.

Nasehat kepada Allah maksudnya menyeru manusia supaya memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, berupa; melaksanakan rukun iman dan islam, berdo’a, berharap, memohon perlindungan, memohon ampunan, bertaubat, tawakkal, takut, bernadzar, ta’dzim, berserah diri, taslim total hanya kepada Allah ta’ala semata-mata. Dan bukan kepada selain-Nya.

Nasehat kepada Kitab-Nya

Nasehat untuk kitab mencakup beberapa perkara, yaitu bersikap mengagungkannya, membenarkan apa yang diberitakannya, tidak ragu-ragu terhadapnya, melaksanakan anjuran-anjuran di dalamnya, menjauhi apa yang menjadi larangan-larangannya, berhukum dengan hukum-hukumnya, meyakini bahwa Al-Quran adalah kalamullah yang datang dari sisi Allah yang terjaga hingga hari qiyamat.

Syeikh Muhammad As-Sindi (1163H) berkata; nasehat kepada Kitab maksudnya meyakini bahwasanya Al-Qur’an itu kalamullah, mengimani apa yang ada di dalamnya, membacanya, bersikap memuliakannya, mengutamakannya dari selainnya, mempelajarinya agar mendapatkan ilmunya, serta mengamalkannya agar selamat karenanya.

Nasehat kepada Kitab maksudnya menyerukan Al-Qur’an ke segenap penjuru dunia, ke desa-desa, kota-kota, kantor-kantor, instansi-instansi, daerah-daerah, kutub bumi, pelosok-pelosok kampung baik daratan maupun lautan. Me-masyarakat-kan Al-Qur’an dan meng-Al-Qur’an-kan masyarakat. Dan program ini adalah semulia-mulia pekerjaan, karena menjadikan jaringan masyarakat ber-tauhid.

Bagaimana hal ini dikatakan tidak mulia? Padahal menunaikann seruan dalam Al-Qur’an adalah keutamaan, anugerah, kebajikan, kasih sayang, cinta, keadilan, keuntungan, kejayaan, pertolongan, jalan solusi, harapan dan segala perbendaharaan kebaikan untuk segenap manusia. Dunia, juga akhirat. Sebab isi kandungan Al-Qur’an adalah demikian, yakni seruan untuk bertauhid, memerintahkan manusia agar memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, dan tidak menyekutukan Allah dengan apa saja.

Al-Qur’an merupakan pelita zaman, wasilah bagi penempuh perjalanan kepada Allah, tiada mampu mencapai derajat kedekatan kepada Allah kecuali dengannya, ia sebagai penyejuk mata dan hati bagi orang berilmu, pelipur lara bagi yang mendapat cobaan. Al-Qur’an adalah jalan yang harus ditempuh bagi pencari keselamatan, karena kalau tidak, dia pasti sesat.

Nasehat kepada Rosul-Nya

Nasehat untuk rosulnya mencakup beberapa perkara, yaitu ittiba’ kepada Rasulullah, beriman kepadanya bahwa Rasulullah adalah manusia yang benar, tiada pernah berdusta sebagai manusia pilihan, membenarkan apa yang beliau beritakannya, melaksanakan perintah-perintahnya, menjauhi larangan-larangannya, mengamalkan sunnah-sunnahnya yang mana manusia kini telah meremehkannya. (Syarah Arba’in an-Nawawy, hadits ke-7, oleh syeikh al-Utsaaimin)

Nasehat untuk Rasulnya berarti; meyakini bahwa Rasulullah adalah seutama-seutama makhluk dan kekasih Allah, yang diberi keistimewaan mendapatkan wahyu, diutus kepada segenap manusia agar; memberi kabar gembira bagi yang mengikutinya, berupa kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan kekal di surga. Serta memberi peringatan kepada siapa saja yang mengingkarinya, berupa kesempitan hidup di dunia dan kesengsaraan kekal di neraka.

Orang yang sukses adalah orang yang mampu membawa kecintaan dan ketaatan kepada sunnahnya. Dan hakekat orang yang gagal adalah orang yang terhalang mengikuti ajarannya, yang meremehkan hadits-haditsnya sebagai sesuatu yang sepele. Barangsiapa yang mengikuti rosul berarti mengikuti Allah, dan barangsiapa yang menentangnya, maka ia telah membangkang Allah secara nyata.

Sebagaimana Allah berfirman;

“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan kata-kata yang baik, niscaya Allah akan memperbaiki bagimu perkara-perkaramu, dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan rosul-Nya maka sungguh dia beruntung dengan keberuntungan yang agung” (QS. An-Nahl: 96) 10)

Nasehat kepada pemimpin kaum muslimin

Para ulama ada yang berpendapat tentang pemimpin kaum muslimin adalah ulama’ dan yang lain adalah umaro’ (pemerintah). Karena yang memimpin kaum muslimin dalam perkara agama mereka adalah ulama sedangkan dalam hal keduniaan adalah umaro’.

Nasehat untuk ulama’ adalah bersikap mencintai mereka, sebab mereka adalah pewaris para nabi, mereka ulama robbany yang selalu menjaga umat ini dengan firman Allah dan sabda-sabda Rasulullah. Juga, membantu mereka, bergaul dengan baik, menasehati dengan baik manakala melakukan kesalahan. Demikian pula kepada pemerintah. (Syarah Arba’in an-Nawawy, hadits ke-7, oleh syeikh al-Utsaaimin)

Yaitu nasihat kepada penguasa maupun pemimpin kaum muslimin, maka mereka menerima, mendengar dan mentaati perintahnya dalam hal yang makruf, bukan maksiyat, karena tidak ada ketaatan dalam hal maksiyat kepada al-Kholiq.

Menasehati para pemimpin berarti tidak menyerang mereka selama mereka taat dan menegakkan agama, selalu berusaha memperbaiki kondisi para pemimpin, tidak memberontak, provokasi, mengobarkan api fitnah kebencian, membersihkan kerusakan mereka, memerintah mereka kepada kebajikan, melarang mereka dari keburukan, selalu mendoakan mereka agar mendapatkan kebaikan. Karena kebaikan mereka berarti akan dicontoh rakyat, rusaknya mereka berarti akan mencerminkan bejatnya rakyat.

Imam Fudhail ibnu ‘Iyadh berkata: Jikalau aku memiliki do’a yang bagus maka aku juga peruntukkan untuk pemimpinku. Lalu ditanyakan: wahai Abu ‘Ali apa maksudmu dengan ucapan itu? Beliau menjawab; jika do’a itu hanya untuk diriku maka kebaikannya juga hanya untuk diriku, namun jika doa itu untuk para pemimpin dan ternyata mereka berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara akan merasakan manfaat kebaikannya. Maka kewajiban kita adalah terus menasehati para pemimpin serta mendoakan mereka”.

Menjelek-jelekkan penguasa di forum media, mengkudeta, menampakkan kebencian dengan terang, mengangkat senjata, mengebom sana-sini, adalah cara politik khowarij yang jelas jauh dari petunjuk nabi. Bahkan nabi sendiri tidak demikian, dan hal demikian termasuk dosa menyalahi sunnah, menimbulkan bahaya yang lebih besar dan sangat minim manfaatnya.

Nasehat kepada kaum muslimin keseluruhan

Yaitu dengan menolong mereka dalam kebaikan dan taqwa, melarang mereka dari keburukan, membimbing mereka kepada petunjuk, mencegah mereka dengan sekuat tenaga dari kesesatan, mencintai kebaikan untuk mereka sebagaimana ia mencintai diri sendiri, dikarenakan mereka semua sama-sama ingin menjadi hamba Allah yang baik. Maka haruslah bagi seorang hamba yang baik untuk memandang mereka dengan kaca mata yang satu, yaitu kaca mata kebenaran.

Menasehati kaum muslimin berarti memperbaiki keadaan mereka, menjaga keutuhan mereka agar saling hidup penuh damai dan sentausa, menuniakan haq dan kewajiban, menghormati dan menyayangi. Adapun hak kaum muslimin adalah; menjenguk mereka apabila sakit, melawat mereka jika meninggal, mendoakan mereka jika bersin, menjawab salam mereka, mendatangi undangan mereka, menutup aib mereka, menolong hajat mereka, menjaga kehormatan, darah dan harta mereka, memberikan manfaat, menjauhkan mereka dari mudhorrot serta berkasih sayang dengan mereka.

Kesimpulan faidah hadits ini:

  1. Pentingnya nasehat agama untuk umat manusia.
  2. Bagusnya metodologi pengajaran nabi yang bersifat umum (mujmal) dahulu kemudian rincian penjelasan
  3. Semangatnya sahabat untuk mengetahui kandungan ilmu.
  4. Bagusnya sistematika keterangan nabi dari perkara yang paling penting untuk manusia yaitu, Allah, kitab, rosul, pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin pada umumnya.
  5. Wajibnya nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin
  6. Isyarat bahwa betapa pentingnya kaum muslimin hidup berjama’ah dengan pemimpin.
  7. Wajibnya menjaga ukhuwah untuk semua kaum muslimin.
  8. Sungguh nasehat nabi ini pendek dan singkat, namun betapa agungnya isinya, alangkah bagusnya jika dilaksanakan, alangkah hebatnya, alangkah baiknya, alangkah amanahnya pelakunya. Semoga termasuk kita.

Penulis: Ust Mardiansyah (pendidik di Ponpes Hidayatullah Bontang)
Sumber: https://hidayatullah.or.id/menyerap-makna-pesan-rasulullah-agama-adalah-nasehat/

 
Link.