Takdir di Balik Hilang dan Ditemukannya Sebuah Kalung Mutiara


Ada seorang pria bernama Abu Bakar Al Anshari, yang juga biasa disebut Qadi Al Maristani.

Dia dikenal sebagai orang yang sangat saleh di Makkah. Hal itu karena ketakwaannya; ia merupakan orang yang selalu berusaha menjauhkan diri dari kemurkaan Allah SWT.



Kalung Mutiara yang Hilang


Beliau berkata: “Suatu hari aku berada di jalan Makkah. Saya merasa lapar dan saya mencari makanan. Saya menemukan sebuah tas dengan kalung mutiara yang sangat mahal di dalamnya.”


Kalung itu bukan miliknya, jadi Abu Bakar menutup tas tersebut, membawanya pulang untuk berjaga-jaga jika pemiliknya datang, dan dia kembali ke jalan untuk mencari makanan.


Kemudian, ia mendengar seorang pria berteriak bahwa ia telah kehilangan kalung mutiara, dan ia menawarkan hadiah. Imbalan yang besar bagi siapapun yang dapat menemukannya.


Jadi, Abu Bakar mendatangi orang tersebut dan berkata:

“Lihatlah, saya telah menemukan kalung itu, tetapi Anda harus menggambarkannya kepada saya, sehingga saya dapat mengetahui apakah ini milik Anda atau bukan.”


Ketika pria itu mendeskripsikan dengan sempurna, ia mengembalikan kalung tersebut kepadanya. Orang itu mencoba untuk membayarnya dengan hadiah, tetapi Abu Bakar menolak.


Abu Bakar berkata kepada pemilik kalung itu:

“Aku tidak melakukan apapun untuk ini, aku tidak mendapatkannya, aku mengembalikan apa yang menjadi milikmu, oleh karena itu aku tidak merasa benar mengambil rezeki karenanya.”



Mencari Kehidupan yang Lebih Baik


Abu Bakar, yang akhirnya menyadari bahwa dia tidak dapat menemukan pekerjaan dan rezeki di Makkah, memutuskan untuk pergi merantau.


Dia memilih untuk naik kapal pergi ke tempat lain seperti yang dikatakan Allah, “Jika kamu tidak dapat mencapai suatu tempat, bumi ini luas, pergilah ke tempat lain.”


Tiba-tiba, badai besar datang dan menghancurkan kapal tersebut. Tak sedikit dari penumpang kapal tersebut yang hanyut dan hilang ditelan lautan. Abu Bakar berkata:

“Untungnya saya dapat meraih sepotong kayu apung, dan angin meniup saya, dan meniup saya, dan meniup saya ke sebuah pulau.”


Ketika sampai di pulau itu, dia mencari orang-orang. Ia tidak dapat menemukan mereka, lalu ia melihat ada sebuah Masjid. Dia masuk dan duduk dan mulai membaca Al-Quran dengan indahnya.


Orang-orang di pulau itu mulai mendengar lantunan Al-Quran yang indah dan merdu itu. Mereka pergi untuk melihat siapa orangnya, dan mereka menemukan Abu Bakar di dalam Masjid, sedang membaca Al-Quran. Dan mereka berkata kepadanya:

“Engkau tahu bagaimana cara membaca Al-Quran dengan indah, maukah engkau mengajari kami dan anak-anak kami bagaimana cara melakukannya? Dan kami akan membayarmu dan memberimu tempat tinggal.”


Dia setuju dan mereka mulai menggajinya, hingga dia dapat memiliki sebuah rumah di sana, dan dia melakukan hal ini untuk sementara waktu.


Kemudian, suatu hari, dia duduk di masjid sambil membaca beberapa halaman Al-Quran yang tergeletak di masjid. Dan orang-orang berkata kepadanya:

“Ajarilah kami dan anak-anak kami membaca dan menulis, maka kami akan menaikkan gajimu dan menggajimu lebih banyak lagi.”


Maka mereka mulai menaikkan gajinya, mengupahnya dengan lebih banyak lagi. Sehingga dia kembali tinggal bersama mereka untuk sementara waktu.



Allah SWT adalah Perencana Terbaik


Hingga akhirnya Abu Bakar merasa ia sudah cukup lama menetap di tempat itu.

“Saya sudah cukup lama di sini, saya ingin meneruskan perjalanan hidupnya. Pindah ke tempat lain.”


Orang-orang menyadari bahwa Abu Bakar akan pergi, sedangkan mereka tidak ingin dia pergi. Jadi mereka berkata:

“Kita harus mempertahankannya di sini.” Maka mereka menyusun rencana yang sangat bagus untuk membujuknya agar tidak meninggalkan mereka. Mereka berkata:

“Jika kita menikahkannya, dia tidak akan pergi kemana-mana.”


Ada seorang gadis, dikenal sebagai salah satu yang paling cantik, saleh, dari keluarga yang paling dekat kepada Allah. Seorang gadis yang baru saja menjadi yatim piatu.


Jadi, mereka mencoba menikahkannya dengan gadis itu dan ia menolak, kemudian mereka berdebat lagi dan lagi sampai akhirnya Abu Bakar setuju untuk menikah.


Pernikahan pun dilangsungkan, dan Abu Bakar dipertemukan dengan sang pengantin wanita.

Sesaat setelah menatap wanita yang kini menjadi istrinya, tiba-tiba Abu Bakar menundukkan kepalanya. Air mata bercucuran dari wajahnya.


Ketika mereka bertanya kepadanya mengapa dia menangis, Abu Bakar berkata:

“Alasannya adalah karena saya telah mengenali kalung yang dikenakannya. Aku menemukan kalung ini di jalan Makkah suatu hari, dan aku mengembalikan kalung itu kepada pemiliknya.”


Mereka berkata:

“Ayahnya adalah pemilik kalung ini. Dan kami sering mendengarnya berbicara tentang pria yang ia temui di Makkah, yang merupakan salah satu Muslim paling saleh dan jujur yang pernah ia temui selama hidupnya; kami sering mendengarnya berdoa secara terbuka kepada Allah, agar pria itu menikah dengan putrinya. Dan di sinilah engkau.”


Dan dia menikah dengannya, dia mendapatkan anak, dan dia menjadi sangat kaya.



Meyakini Rencana Allah SWT


Anda tahu, ketika Abu Bakar Al Anshari terombang-ambing di atas kayu apung di lautan, saya yakin dia tidak bisa memahami rencana Allah SWT. Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi.


Sedikit yang ia ketahui bahwa meski ia memiliki rencana, Allah SWT juga memiliki rencana lain untuk menjawab doa sang ayah. Dan Abu Bakar tidak melakukan apa-apa selain dituntun menuju tujuan itu oleh Allah SWT.


Jadi Abu Bakar punya rencana dan Allah SWT juga punya rencana. Dan mungkin Abu Bakar tidak melihatnya. Tapi, hal itu terjadi sebagaimana mestinya.


Anda tahu, begitulah kehidupan terkadang. Kadang-kadang tidak terlihat seperti berjalan dengan baik, tapi Allah SWT punya rencana.*


Penulis: Nashirul Haq
Sumber: https://hidayatullah.com/feature/2024/07/02/275553/sebuah-kalung-yang-hilang-dan-takdir-allah.html

 
Link.