Agar aman, uang tersebut disimpan di saku yang sengaja dibuat di posisi bawah ketiak. Sang ibu tak lupa berpesan agar Abdul Qadir senantiasa berkata benar dalam setiap keadaan.
Abdul Qadir pun pergi bersama rombongan kafilah. Namun, di suatu tempat bernama Hamdan, tiba-tiba rombongan tersebut dirampok.
Kepala perampok menghampiri Abdul Qadir dan bertanya, "Hai orang fakir, apa yang kamu bawa?"
"Aku membawa empat puluh dinar," jawab Abdul Qadir polos.
"Di mana kamu meletakkannya?" tanya kepala perampok.
"Aku letakkan di saku yang terjahit rapat di bwah ketiakku," jawab Abdul Qadir lagi.
Setelah digeledah ternyata benar. Padahal seandainyaia berbohong, para perampok tak akan tahu, apalagi penampilannya amat sederhana layaknya orang miskin.
Sang kepala perampok bertanya, "Apa yang mendorongmu mengaku dengan sebenarnya?"
"Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tak berani durhaka kepadanya," jawab Abdul Qadir.
Pemimpin perampok itu menangis, seperti sedang dihantam rasa penyesalah yang mendalam. Sebab, Abdul Qadir yang kecil tidak berani ingkar terhadap janji ibunya, sedangkan ia bertahun-tahun mengingkari janji Tuhannya. Akhirnya sang kepala perampok bertaubat (Syekh Zainuddin bin Abdul 'Aziz al-Malibari, Irsyadul 'Ibad ila Syabili Rasyad, hlm. 395).
Abdul Qadir kecil kemudian tumbuh menjadi ulama besar dalam mazhab Hambali. Kisah di atas merupakah ibrah bagi orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar berani berkata jujur sebagaimana dilakukan ibunda Abdul Qadir al-Jailani.
Untuk mendidik anak-anak agar memiliki sikap pemberani, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua.
Pertama, memberi contoh.
Sebelum mengajari anak bersikap berani, orang tua terlebih dulu memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Mendidik anak menjadi pemberani tidak bisa terjadi secara instan, tetapi perlu contoh orang-orang di sekitarnya.
Umumnya, anak-anak memiliki karakter yang secara tidak sadar dibentuk karena mencontoh orang tuanya. Agar anak jadi berani, orang tua harus mendidik diri sendiri dulu untuk jadi pemberani.
Kedua, sering mengucapkan kata-kata positif pada anak.
Lidah memang tidak bertulang, tetapi bisa melukai seperti silet. Bahkan, sakitnya lebih dari itu apabila orang terdekatnya yang berbicara.
Karenanya, orang tua harus membiasakan anaknya mendengar kata-kata positif darinya. Bila dia sedang mengatakan hal buruk tentang dirinya, langsung tangkis dengan kalimat positif yang membangun.
Katakan setiap hari setelah bangun tidur bahwa dirinya merupakan ciptaan Allah Ta'ala yang bagus, penting, dan berharga bagi kehidupan ini.
Ketiga, memberikan tantangan dan pujian.
Semua orang secara alamiah ingin melindungi anak-anaknya setiap saat. Namun, orang tua juga harus memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk mencoba hal-hal baru.
Sebelum mengajari anak bersikap berani, orang tua terlebih dulu memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Mendidik anak menjadi pemberani tidak bisa terjadi secara instan, tetapi perlu contoh orang-orang di sekitarnya.
Ketika ia berhasil menyelesaikan tantangannya, pastikan memberikan pujian atau hadiah. Hal ini berfungsi meningkatkan rasa percaya dirinya.
Dengan begitu, anak akan terlatih menjadi pemberani. Khususnya mendorong mereka untuk tidak takut dalam melakukan banyak hal baru.
Keempat, membangun kepercayaan diri.
Anak yang pemberani umumnya punya tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Untuk itu, orang tua harus membangun rasa percaya diri anak sejak dini supaya ia bisa jadi pribadi pemberani.
Di antara hal yang bisa dilakukan adalah membiarkan anak mengerjakan sesuatu sendirian. Dengan mengerjakan sesuatu sendirian, anak menjadi merasa dipercaya orang tua dan berambisi untuk membuat orang tuanya senang kepadanya.
Karenanya, apabila ia berhasil, berikan bujian dan katakan bahwa ia hebat. Setelah berhasil, anak pun jadi lebih percaya diri karena telah membuktikan bahwa ia bisa. Jadi jangan sering melarang anak untuk melakukan sesuatu sendirian.
Kelima, mengenalkan konsep kegagalan.
Saat mengajarkan anak untuk berani, jangan lupa mengenalkan konsep kegagalan. Sebab, segala hal yang kita lakukan di dunia tidak selalu berakhir baik sesuai keinginan. Ada kalanya mengalami kegagalan dan ini merupakan hal yang manusiawi. Dengan cara ini orangtua bisa membantunya bangkit untuk mencoba lagi sampai berhasil.
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua ketika mengajarkan anak berani berbuat.
Penulis: Aba Faiz (Majalah Suara Hidayatullah Edisi 08, Desember 2024)